Kanker serviks merupakan salah satu penyakit mematikan yang paling banyak menyerang perempuan di Indonesia. Menurut data Globocan 2020, setiap tahun lebih dari 36.000 perempuan depo 5k Indonesia didiagnosis mengidap kanker serviks, dan sekitar 21.000 di antaranya meninggal dunia. Fakta ini menempatkan kanker serviks sebagai kanker dengan angka kejadian dan kematian tertinggi kedua pada perempuan setelah kanker payudara.
Menyadari besarnya ancaman tersebut, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengeliminasi kanker serviks melalui strategi nasional yang komprehensif. Upaya ini sejalan dengan target global WHO untuk mengeliminasi kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2030.
Pilar Strategi Eliminasi
Komitmen Indonesia dalam mengeliminasi kanker serviks dilakukan melalui pendekatan tiga pilar utama yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu:
-
Vaksinasi HPV (Human Papillomavirus) Vaksinasi HPV adalah langkah preventif utama dalam mencegah kanker serviks. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan secara bertahap mengintegrasikan vaksinasi HPV ke dalam program imunisasi nasional. Anak perempuan usia sekolah dasar (kelas 5 dan 6) menjadi sasaran utama, dengan harapan dapat membangun imunitas sebelum mereka aktif secara seksual.
-
Skrining Dini dan Deteksi Dini Pemeriksaan serviks secara berkala sangat penting untuk mendeteksi perubahan pra-kanker. Metode skrining yang umum digunakan di Indonesia adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap smear. Program ini diperkuat melalui layanan di puskesmas dan rumah sakit daerah, dengan pelatihan petugas kesehatan agar mampu melayani secara optimal.
-
Pengobatan dan Perawatan yang Efektif Bagi perempuan yang telah terdiagnosis, akses terhadap pengobatan yang cepat dan tepat sangat krusial. Pemerintah mendorong layanan kesehatan untuk menyediakan rujukan yang memadai dan fasilitas pengobatan yang terjangkau, termasuk kemoterapi dan radioterapi.
Peran Edukasi dan Sosialisasi
Salah satu tantangan utama dalam eliminasi kanker serviks adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi dan skrining dini. Oleh karena itu, edukasi publik menjadi bagian penting dari strategi eliminasi. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah secara aktif mengadakan kampanye kesehatan di media massa, sekolah, dan komunitas perempuan untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun sikap positif terhadap pencegahan kanker serviks.
Dukungan Multisektor
Komitmen eliminasi kanker serviks tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Peran aktif dari berbagai pemangku kepentingan—termasuk tenaga medis, dunia pendidikan, organisasi masyarakat, dan sektor swasta—diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung.
Beberapa perusahaan bahkan sudah mulai menjalankan program tanggung jawab sosial (CSR) dengan memberikan vaksinasi HPV gratis atau subsidi kepada karyawan dan keluarganya. Di tingkat lokal, kader-kader kesehatan juga turut berperan dalam mengajak perempuan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala.
Harapan Masa Depan
Melalui sinergi antarprogram dan partisipasi masyarakat, Indonesia berharap mampu mencapai target eliminasi kanker serviks pada tahun 2030. Untuk itu, perlu upaya yang konsisten dalam perluasan cakupan vaksinasi HPV, peningkatan kapasitas skrining, serta penyediaan layanan pengobatan yang berkualitas.
Penting juga untuk menjangkau perempuan di daerah terpencil yang selama ini minim akses terhadap informasi dan layanan kesehatan. Dengan komitmen yang kuat dan langkah-langkah yang tepat, eliminasi kanker serviks bukanlah mimpi, melainkan tujuan yang bisa dicapai.